TERAS MALIOBORO DAN PASAR BRINGHARJO DENGAN GAYA INDISCHE DALAM SUMBU FILOSOFI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Abstrak
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mempunyai julukan sebagai Kota Seni dan Budaya, dikarenakan kota
ini memiliki kekayaan warisan budaya leluhur yang masih lestari sampai dengan saat ini. Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) merupakan kota dengan aneka cagar budaya baik yang terdiri dari benda-benda budaya
(nyata) dan tidak nyata (tidak berwujud).
Kawasan Malioboro dan pasar Bringharjo merupakan salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi
wisatawan. Spot favorit di kawasan ini adalah Teras malioboro, yang dipenuhi dengan kios-kios Usaha
Mikro sampai dengan Pasar Tradisional Bringharjo berada dalam sumbu imajiner dan sumbu filosofi Kraton
Yogyakarta.Garis yang memiliki makna filosofis yang sangat tinggi di Kesultanan dan menjadi salah satu
acuan tata kota dari wilayah yang dilewatinya dan menjadi keunikan tersendiri bagi Kota Yogyakarta dari
kota-kota lainnya.
Dalam jurnal ini akan dibahas analisis terhadap Teras Malioboro serta Pasar Bringharjo dengan penataan
yang baru melalui studi literature dan diperoleh kesimpulan bahwa Teras Malioboro dan Pasar Bringharjo di
Kota Yogyakarta, kini memiliki wajah baru sebagai pasar tradisional yang mempertahankan gaya arsitektur
Indiche yaitu dengan salah satunya yang semula dinding dominan berwarna hijau kini diubah menjadi
berwarna putih tulang. Proses penataan tersebut dengan perubahan yang mempertimbangkan Teras
Malioboro sampai dengan Pasar Bringharjo yang berada dalam sumbu filosofi Yogja yaitu garis memanjang
dari utara ke selatan yang menghubungkan Gunung Merapi di Utara dan Pantai Parangkusumo ataupun
Pantai Parangtritis di Selatan melewati Kraton Yogyakarta.